#ProyekMenulis Kasih Tak Sampai

Ha-halo? *menyapu bersih wordpress yang sudah berdebu*

Oke, saya memang sudah jarang sekali menulis di sini, lagipula saya bingung apa yang mau ditulis semenjak karya-karya saya ditulis di sini, dan wordpress ini menganggur sementara.

Jadi saya mau sharing sebentar mengenai proyek menulis dari nulisbuku.

Sekitar sebulan yang lalu, nulisbuku mengadakan proyek menulis dengan tema Kasih Tak Sampai. Detilnya bisa dibaca di sini. Intinya, itu merupakan proyek yang akan diadakan dari 26 Januari 2015 sampai dengan 8 Februari 2015. Proyek menulis ini mengumpulkan cerita pendek (cerpen) yang akan diseleksi dan akan dibukukan menjadi beberapa buku kumpulan cerita pendek. Buku tersebut akan diterbitkan di nulisbuku secara self-publishing.

Singkat cerita, saya mengetahui event tersebut di hari kedua proyek tersebut mulai diselenggarakan, tapi saya masih molor. Masih berpikir, kira-kira cerita apa yang cocok untuk event ini. Apakah saya bisa lolos atau tidak, apakah karya saya dianggap layak bagi mereka atau tidak sehingga bisa dibukukan oleh mereka.

Di pertengahan, kalau tidak salah tanggal 4 Februari, saya mulai mengetik cerita yang sudah ada di benak saya pikirkan sejak kemarin malam. Sekitar satu jam saya mengetik dan bolak-balik mengedit, dan pada akhirnya saya sudah sreg dengan pemilihan kata-kata saya, dan kurang lebih dengan gaya penulisan yang agak berbeda dari saya yang biasanya. Lalu saya pun memikirkan judul yang sampai membuat saya membuka KBBI supaya bisa menentukan judul yang tepat dan tidak biasa. Setelah itu, saya segera mengirimkan karya saya via e-mail.

Di akhir deadline, alias 8 Februari, pihak nulisbuku sendiri sudah mengumumkan bahwa karya yang masuk segini dan segini banyaknya. Saya kaget, tidak menyangka saingan saya akan sebanyak itu. Tepat pada pukul 23.59 WIB di mana waktu pengiriman karya sudah habis, diumumkan bahwa yang masuk ke dalam e-mail mereka sebanyak 1025 karya.

… dan yang akan dibukukan adalah 200 karya ….

Saya speechless, namun saya berharap yang terbaik untuk karya saya. Semoga para juri juga bisa mengumpulkan yang terbaik dari yang terbaik.

Dalam tiga minggu saya menunggu, tersiksa karena rasa penasaran yang membayang, dan selama tiga minggu itu juga saya bolak-balik mengecek kalau-kalau ada informasi terbaru dari pihak yang bersangkutan.

Tanggal 27 Februari 2015, saya terus mengecek twitter nulisbuku, yang katanya akan diumumkan pada tanggal sekian. Lalu setelah menunggu dan menunggu, daftar yang sudah ditunggu oleh orang-orang itu sudah muncul kurang lebih pukul 23.00 WIB.

Tangan saya gemetar menscroll nama-nama yang berderet panjang ke bawah, dan pada Buku 3, saya menemukan nama saya pada nomor 16. Purata Jendela.

Buku 3

Saya kucek mata berkali-kali, mengira saya salah lihat karena hari sudah malam dan saya sudah agak ngantuk. Tapi benar, ternyata itu saya. Saya senang, saya bahagia, saya bangga, dan rasanya tidak percaya bisa masuk dalam daftar panjang 200 orang lebih tersebut. Walaupun saya tidak menjadi pemenang atau tiga besar, tapi saya cukup bangga dengan diri saya sendiri.

(By the way, ini adalah daftar lengkap buku proyek menulis: Kasih Tak Sampai)

Sebelumnya saya sudah gagal berkali-kali dalam namanya perlombaan atau acara menulis. Saya masih mau berusaha dan akhirnya mendapatkan hasilnya pada hari itu. Melihat judul karya dan nama pena saya terpampang di sana membuat saya terus tersenyum.

Hanya ingin bilang: Jangan menyerah. Gagal bukan berarti kamu harus jatuh.

… karena, setiap orang pasti pernah gagal. Tidak ada pengecualian. Saya, kamu, dan kalian semua.

Kali ini saya akan mengulas sedikit karya saya yang masuk di Buku 3, Purata Jendela. Bercerita tentang tentara Jepang yang bertemu dengan seorang gadis Indonesia pada masa penjajahan Jepang. Catatan: Tidak ada percakapan. Sama sekali tidak ada percakapan.

Saya akan memberi sedikit potongannya:

Mereka saling bertatapan untuk beberapa saat. Sang dara memberikan delikan yang kontras dengan kedua tangannya yang bergetar. Kalau bukan Yamato yang masuk, mungkin dia sudah ditertawakan dan ditelanjangi.

Setelah menimang-nimang untuk sekitar tiga sampai empat menit, tumit Yamato berbalik, langkah-langkahnya mengiringi menuju pintu bobrok.

Tak tertarik.

Ayo, yang mau membaca karya-karya Kasih Tak Sampai lainnya, sila beli bukunya di nulisbuku.com.

Oh iya, ada yang ikut #ProyekMenulis itu juga? 😀

Leave a comment